Minggu, 24 Februari 2008

air

ACARA 1

PENGUKURAN TOTAL PADATAN TERLARUT ( TDS )


Tujuan : Mengukur konsentrasi bahan – bahan padat terlarut dalam air.


Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah konsentrasi bahan bahan padat terlarut dalam air yang dapat berupa bahan organik maupun anorganik.


Alat :

  1. Total Dissolved Solid Meter, Merk HANNA tipe HI 8734.

  2. Thermometer.


Prosedur Kerja :

  1. Ukurlah temperatur contoh air langsung di lapangan atau contoh air dimasukkan ke dalam beker glass.

  2. Catatlah suhunya.

  3. Tekan tombol “ON” TDS Meter.

  4. Tekan Tombol “TEMP” TDS Meter.

  5. Aturlah tombol pengatur suhu hingga sesuai dengan suhu contoh air.

  6. Tekan Tombol; “ TDS “.

  7. Tekanlah Tombol “ 1999” mg/ltr.

  8. Catat Konsentrasi TGS dalam satuan mg/ltr.


Analisa dan Perhitungan:

Setelah diketahui nilai TDS lakukan perhitungan untuk mengetahui kemampuan larutan dalam menghantarkan listrik atau Hitunglah Daya Hantar Listrik ( DHL ) dengan rumus:


TDS ( ppm ) = 640 x DHL ( mmhos/cm )


ACARA II

PENGUKURAN OKSIGEN TERLARUT ( DISSOLVED OXYGEN )


TUJUAN : Mengukur kelarutan total oksigen di dalam air.


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dalam air sangat penting untuk menjamin keadaan aerobik di dalam perairan yang akan menunjang tata kehidupan air (hidrobiota). Oksigen sukar dilarutkan dalam air, sebab oksigen tidak bereaksi secara kimiawi dengan air. Kelarutan oksigen kedalam air dipengaruhi oleh temperatur, tekanan parsiil gas gas yang ada dalam unsur unsur yang mudah teroksidasi yang terkandung dalam air.

Dengan makin tingginya kandungan oksigen biologis bersamaan meningkatnya temperatur dan sebagaimana kebutuhan akan oksigen (BOD) bertambah, maka akan menyebabkan oksigen menjadi sedikit sekali yang dapat dilarutkan.

Dalam SK. Men KLH no.KEP.02/MenKLH/I/1988 dituliskan bahwa oksigen terlarut sebesar 2,0 mg/ltr tidak sesuai lagi bila digunakan untuk keperluan pertanian.


Alat :

  1. Water Quality Checker merk TOA tipe WQC-1 A.

  2. Thermometer.


Prosedur Kerja :

  1. Tekan Tombol dan Putar pada posisi “TEMP”.

  2. Atur tombol pengatur TEMP yang disesuaikan dengan suhu contoh air normal 25 oC .

  3. Pindahkan tombol pengatur ke posisi “DO”.

  4. Aturlah jarum hingga posisi “21%”.

  5. Masukkan elektroda ke dalam contoh air.

  6. Baca dan catatlah prosentasenya.



Perhitungan :


DO (ppm) =

ACARA III

PENGUKURAN pH


Tujuan : Mengetahui konsentrasi ion hydrogen dalam air.


Konsentrasi ion hidrogen dalam air dinyatakan dengan pH, yaitu logaritma 10 dari konsentrasi ion hidrogen dalam mole per liter. pH menyatakan intensitas keasaman atau kebasaan dari suatu cairan. Air netral mempunyai pH = 7,0 yang berarti bahwa jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH-. Air dengan pH <>- lebih kecil daripada jumlah ion H+. Kemudian air dengan pH > 7,0 berarti basa.

Oleh Ayres dan Westcot (1976) dinyatakan bahwa pH air untuk irigasi berkisar antara 6,5 - 8,4. Pengaruh pH dalam air terhadap tanaman adalah secara tidak langsung. Umumnya pengaruh pH air terhadap tanaman yakni pada kelarutan zat-zat hara didalam tanah, persediaan unsur hara dalam tanah dan sebagainya.


Alat :

      1. Water Quality Checker tipe WQC 1 A

      2. Thermometer

      3. Beker glass


Prosedur Kerja :

  1. Tekan tombol dan putar pada posisi "TEMP"

  2. Aturlah tombol pengatur TEMP yang disesuaikan dengan suhu contoh air normal 25 oC

  3. Pindahkan tombol pengatur ke posisi "pH"

  4. Catat nilai pH yang terbaca :

Nilai pH yang terbaca dikoreksi dengan grafik dalam Lampiran (2)

Misalnya :

nilai pH terbaca = 6,5

nilai DO terbaca = 5 ppm

maka nilai pH = 6,5 + 0,5 = 7,0


ACARA IV

PENGUKURAN KEKERUHAN (TURBIDITY)


Tujuan : Mengetahui tingkat kandung butiran (particles) tanah liat, pasir, bahan mineral, sampah-sampah organis, plankton dan organisme mikroskopis lainnya yang ada didalam air.


Kekeruhan (turbidity) adalah satu istilah untuk menjelaskan (menggambarkan) butiran (particles) tanah liat, pasir, bahan mineral, sampah-sampah organis, plankton dan organisme mikroskopis lainnya yang dapat menghalangi jalannya cahaya melalui air. Oleh karena kekeruhan ini tidak memiliki hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang terdapat dalam suspensi, maka kekeruhan dinyatakan dalam UNIT.

Pemeriksaan kekeruhan digunakan untuk menentukan jumlah (banyaknya) coagulant dan bahan kimia tambahan (pereaksi) yang diperlukan untuk menghasilkan air dengan kejernihan yang dikehendaki.


Alat :

  1. Water Quality Checker tipe WQC 1 A

  2. Thermometer

  3. Beker glass


Prosedur Kerja :

  1. Tekan tombol dan putar pada posisi "TEMP"

  2. Aturlah tombol pengatur TEMP yang disesuaikan dengan suhu contoh air normal 25 oC

  3. Pindahkan tombol pengatur ke posisi "TURB"

  4. Pengukuran kekeruhan dilakukan setelah pengukuran temperatur, pH, oksigen terlarut telah selesai

  5. Pembacaan :

Bila nilai yang terbaca berada pada posisi skala "Hijau", maka nilai turbiditas x 100 = .... (ppm)


ACARA V

PENGUKURAN SAR (Sodium Adsorption Ratio)


Tujuan : Mengetaui perbandingan antara konsentrasi sodium yang ada dalam air dengan konsentrasi kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).


Perbandingan antara konsentrasi sodium yang ada dalam air dengan konsentrasi kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dinyatakan dalam SAR dengan persamaan

konsentrasi Na,Ca,Mg dalam meq/ltr


Sodium dengan konsentrasi yang tinggi akan terjadi penyerapan sodium dalam tanah yang tinggi, sehingga akan menyebabkan : (i). struktur tanah menjadi mampat; (ii). permeabilitas rendah dan (iii). aerasi akan berkurang

Besarnya penyerapan sodium dipengaruhi oleh perbandingan konsentrasi kation Na dengan Ca dan Mg.


(1). Penentuan Sodium (Na)

Alat :

  1. Timbangan analitis

  2. Kompor listrik

  3. Gelas ukur

  4. Gelas Beker

  5. Corong gelas

  6. Kertas saring

  7. Pengaduk gelas

  8. Gelas Erlenmeyer

Reagent :

  1. Uranyl Zink Acetat

  2. Ethyl alcohol

  3. Ether


Prosedur Kerja :

1. Ambil contoh air (10 - 25 ml), masukkan dalam gelas beker dan panaskan (uapkan) sampai volume yang tersisa menjadi (1 - 2 ml).

2. Dinginkan, setelah dingin tambahkan reagent (1) sebanyak 10 ml dan diaduk, kemudian larutan dibiarkan selama 1 jam

3. Saring, endapan dicuci dengan 2 ml reagent (1), kemudian dicuci dengan 2 ml reagent (2) dan sebelumnya dipindahkan dicuci 1-2 kali dengan 2 ml reagent (3)

4. Selanjutnya endapan dikeringkan dalam alat pengering selama 2 jam dan didinginkan, kemudian ditimbang

5. Endapan dicuci kembali dengan sedikit aquadest (2 ml) sehingga bahan yang mudah larut bisa terlarutkan, cuci dengan reagent (2) serta reagent (3) kemudian dikeringkan dan ditimbang

6. Perbedaan penimbangan langkah (4) dan langkah (5) merupakan berat endapan Sodium (Natrium).


Perhitungan :

Na (meq/l) =

(2). Penentuan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)

Alat :

  1. Labu erlenmeyer

  2. Gelas ukur

  3. Pipet volume

  4. Buret

Reagent :

  1. Larutan NH2OH Hcl 3%

  2. Larutan NaCN 2,5% atau KCN

  3. Larutan NaOH 2N atau EBT

  4. Larutan Indikator Merexide atau EBT

  5. Larutan standar Na2EDTA ( 1,00 ml = 0,50 ml Ca++ )


Prosedur Kerja :

  1. tes aquades, bila ditambah indicator(EBT) warnanya berubah jadi merah maka aquades tidak digunakan, dan bila berwarna biru atau ungu maka percoban diteruskan.

  2. Ambil contoh air sebanyak 10 ml dengan pipet volume, masukkan kedalam labu erlenmeyer

  3. Tambahkan 1 ml NH2OH HCL 3%

  4. Tambahkan 2 ml larutan (2)

  5. Tambahkan 1 ml larutan (3)

  6. Tambahkan 2 tetes indikator (4)

  7. Titrasi dengan larutan standard (5)sampai warna biru permanent. Catat harga titrasinya.



Perhitungan :


1000 x 0,50 x ml titrasi

Ca++(ppm) = -----------------------------

ml contoh air


50 x 0,50 x ml titrasi

Ca++(meq/l) = ---------------------------

ml contoh air


Ca++(epm) = Ca++ (ppm) x 0,05


Mg++(epm) = Kesadahan total dalam epm - Ca dalam epm


Mg++(meq/l) = 12,16 x Mg dalam epm


(3). Penentuan Karbonat (CO) dan Bikarbonat (HCO)

Alat :

  1. Gelas ukur

  2. Gelas erlenmeyer

  3. Buret

Reagent :

  1. Larutan standar H2SO4 0,050N

  2. Larutan indikator Phenolphtalin (PP)

  3. Larutan indikator Metyl Orange (MO)


Prosedur Kerja :

  1. Ambil contoh air sebanyak 25 ml, masukkan dalam gelas erlenmeyer

  2. Tambahkan beberapa tetes larutan indikator (2) sebanyak 3-4 tetes

  3. Bila berwarna merah jambu, titrasi dengan larutan standard (1) sampai warnanya hilang (misal = P ml)

  4. Bila larutan tidak berwarna, tambahkan 1-2 tetes indikator (3), kemudian titrasi dengan larutan standard (1) sampai warna larutan berubah dari kuning menjadi oranye (misal = volume titrasi T ml )

  5. Kerjakan blanko dengan mengganti aquadest bebas CO2


Perhitungan :


1000 x (0,050 x (ml asam (tabel) - ml blanko)

CO3 atau HCO3 = --------------------------------------------------------

( meq/l ) ml contoh air



Tabel Titrasi :

Hasil Titrasi

Harga Titrasi

CO3

HCO3

P = 0

0

T

P <>

2 P

T - 2P

P = 1/2 T

2 P

0

P > 1/2 T

2(T - P)

0

P = T

0

0


Keterangan :

N : normalitas H2SO4 (0,050)

P : volume Titrasi dengan PP

T : volume Titrasi dengan MO


ACARA VI

PENGUKURAN SALINITAS AIR


Tujuan : Mengetahui besarnya konsentrasi garam-garam yang ada dalam air.


Besarnya konsentrasi garam garam yang terlarut dalam air diklasifikasikan dengan konduktivitas elektriknya, sebab besar kecilnya daya hantar listrik (DHL) dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi garam garam atau ion ion yang ada dalam air atau disebut juga Salinitas. Nilai DHL selain merupakan fungsi dari konsentrasi ion dalam air juga sangat dipengaruhi oleh temperatur air. Oleh karena itu perhitungan nilai DHL harus distandarkan pada temperatur tertentu yaitu 25 oC. Nilai DHL akan meningkat bila temperatur bertambah tinggi.

DHL diukur dengan mho yang berbanding terbalik dengan ohm. Konduktivitas elektrik air ditentukan dengan menghitung tahanan listrik antara dua elektroda yang paralel yang dicelupkan ke dalam air. Dasar satuan untuk konduktivitas elektrik adalah mho/m atau mmho/cm atau mmho/cm (mikromhos/cm).


Alat :

  1. Thermometer

  2. Conductivity Meter tipe HI 8033


Prosedur Kerja :

  1. Ukurlah suhu contoh air dalam beker glas atau langsung dilapangan

  2. Catatlah suhunya

  3. Aturlah tombol pengatur suhu hingga pada angka yang sesuai dengan suhu contoh air

  4. Aturlah tombol salinitas atas dasar konsentrasinya

  5. Catatlah harga salinitasnya.


PENGUKURAN KUALITAS AIR



6.1. PENDAHULUAN

Dalam usaha pemanfaatan air untuk irigasi haruslah memenuhi kriteria tepat jumlah, waktu, mutu dan ruang. Informasi tentang mutu air irigasi berkaitan erat dengan kesesuaian air tersebut dan didalamnya terkandung sejumlah bahan bahan baik yang terlarut maupun yang tidak larut. Bahan bahan tersebut ada yang berpengaruh baik terhadap tanaman dan ada pula yang merupakan racun bagi tanaman, sehingga akan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman serta selanjutnya akan berpengaruh pula pada produksi tanaman tersebut.

Air yang mempunyai mutu yang jelek tidak hanya berpengaruh pada tanaman akan tetapi juga akan berpengaruh pada tanah. Penilaian mutu air irigasi secara umum ditentukan dari :

a) Jumlah dan jenis bahanpadat yang terlarut atau terbawa

b) Konsentrasi garam garam yang terlarut

c) Perbandingan konsentrasi ion sodium (Na) terhadap ion magnesium (Mg) dan ion kalsium (Ca) serta besarnya konsentrasi ion karbonat (CO3) dan bikarbonat (HCO3) yang larut dalam air tersebut.

d) Konsentrasi bahan yang bersifat racun bagi tanaman


Berdasarkan penilaian tersebut diatas, maka air irigasi dapat digolongkan menjadi klas klas atas dasar baik atau buruk pengaruhnya terhadap tanaman.



6.2. TUJUAN

Tujuan pengukuran kualitas air adalah :

(1). Untuk menentukan klasifikasi air irigasi

(2). Untuk mengetahui unsur unsur yang berbahaya bagi manusia, hewan, tanaman dan tanah

6.3. PENGAMBILAN SAMPLE AIR

Maksud pengambilan sample air adalah mengumpulkan volume suatu badan air atau bahan padat yang akan diteliti dengan jumlah yang sekecil mungkin tetapi masih mewakili (representative) yaitu masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan badan air atau bahan padat tersebut. Ada 3 (tiga) macam sampel, yaitu :


1). Sampel sesaat (grab sample)

Merupakan suatu volume sampel yang diambil langsung dari badan air atau bahan padat yang sedang diteliti dengan syarat tidak ada perubahan beban pencemaran terhadap waktu, misalnya : pH, alkalinitas dan sebagainya dari air sumur.


C (ppm)

t (jam)

Gambar 6.1. Konsentrasi tanpa adanya perubahan waktu



2). Sampel sesaat campuran (integrated sample)

Pengambilan sampel ini perlu dilakukan apabila bahan pencemar berupa cairan pada titik pengambilan sampel yang terdiri dari n bagian aliran, maka sampel tersusun yang dimaksud untuk mewakili badan air akan terdiri dari n sampel bagian (1 sampel sesaat dari tiap bagian aliran) dengan volume tiap sampel sebanding dengan debit masing-masing aliran bagian dengan syarat terdapat perubahan beban pencemaran dengan waktu, misalnya: kekeruhan, oksigen terlarut dan sebagainya dari air sungai.

C (ppm)

t (jam)

Gambar 6.2. Konsentrasi dengan perubahan waktu

Persamaan secara matematisnya adalah :


(1)

dengan

i : 1, 2, 3, ..... n


3). Sampel campuran (composite sample)

Pengambilan sampel ini dengan maksud untuk mewakili secara merata perubahan parameter badan air yang sedang diteliti pada masa yang cukup panjang dan mendetail. Sampel campuran meliputi t menit dan terdiri dari x sampel bagian yang diambil setiap t/x menit dan dengan volume air yang mengalir melalui tempat pengambilan dalam waktu t/x menit, yaitu sekitar saat pengambilan. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut :


( Vi / Vn ) = ( Vt/x / Vt ) (2)


dimana

i : 1, 2, 3, ....... n

6.4. PENGUKURAN BEBERAPA UNSUR MUTU AIR IRIGASI


a). Pengukuran Salinitas Air

Besarnya konsentrasi garam garam yang terlarut dalam air diklasifikasikan dengan konduktivitas elektriknya, sebab besar kecilnya daya hantar listrik (DHL) dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi garam garam atau ion ion yang ada dalam air atau disebut juga Salinitas. Nilai DHL selain merupakan fungsi dari konsentrasi ion dalam air juga sangat dipengaruhi oleh temperatur air. Oleh karena itu perhitungan nilai DHL harus distandarkan pada temperatur tertentu yaitu 25 oC. Nilai DHL akan meningkat bila temperatur bertambah tinggi.

DHL diukur dengan mho yang berbanding terbalik dengan ohm. Konduktivitas elektrik air ditentukan dengan menghitung tahanan listrik antara dua elektroda yang paralel yang dicelupkan ke dalam air. Dasar satuan untuk konduktivitas elektrik adalah mho/m atau mmho/cm atau mmho/cm (mikromhos/cm).


(1). Alat yang digunakan :

1). Thermometer

2). Conductivity Meter tipe HI 8033


(2). Prosedur kerja :

1). Ukurlah suhu contoh air dalam beker glas atau langsung dilapangan

2). Catatlah suhunya

3). Aturlah tombol pengatur suhu hingga pada angka yang sesuai dengan suhu contoh air

4). Aturlah tombol salinitas atas dasar konsentrasinya

5). Catatlah harga salinitasnya.


(3). Perhitungan :


EC(25o C) = EC(t) + t x 0,02. EC(t) (3)


dengan

EC (25oC) : DHL pada suhu standar 25 oC dalam mmho/cm

EC(t) : DHL pada t oC dalam mmho/cm

t : ( t 25 ) atau ( 25 t ).


b). Pengukuran Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid)

Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah konsentrasi bahan bahan padat terlarut dalam air yang dapat berupa bahan organik maupun anorganik.


(1). Alat yang digunakan

1). Total Dissolved Solid Meter, Merk HANNA tipe HI 8734

2). Thermometer


(2). Prosedur Kerja :

1) Ukurlah temperatur contoh air langsung di lapangan atau contoh air dimasukkan ke dalam beker glass

2) Catatlah suhunya

3) Tekan tombol "ON"

4) Tekan tombol "TEMP"

5) Aturlah tombol pengatur suhu hingga sesuai dengan suhu contoh air

6) Tekan tombol "TDS"

7) Tekanlah tombol "1999" mg/ltr

8) Catat konsentrasi TDS dalam mg/ltr


(3). Perhitungan :

Hubungan antara Total padatan terlarut dengan Daya Hantar Listrik dinyatakan dengan persamaan


TDS (ppm) = 640 x EC ( mmho/cm ) (4)



c). Pengukuran Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dalam air sangat penting untuk menjamin keadaan aerobik di dalam perairan yang akan menunjang tata kehidupan air (hidrobiota). Oksigen sukar dilarutkan dalam air, sebab oksigen tidak bereaksi secara kimiawi dengan air. Kelarutan oksigen kedalam air dipengaruhi oleh temperatur, tekanan parsiil gas gas yang ada dalam unsur unsur yang mudah teroksidasi yang terkandung dalam air.

Dengan makin tingginya kandungan oksigen biologis bersamaan meningkatnya temperatur dan sebagaimana kebutuhan akan oksigen (BOD) bertambah, maka akan menyebabkan oksigen menjadi sedikit sekali yang dapat dilarutkan.

Dalam SK. Men KLH no.KEP.02/MenKLH/I/1988 dituliskan bahwa oksigen terlarut sebesar 2,0 mg/ltr tidak sesuai lagi bila digunakan untuk keperluan pertanian.


1. Alat yang digunakan :

a) Water Quality Checker merk TOA tipe WQC 1 A

b) Thermometer


2. Prosedur Kerja :

1) Tekan tombol dan putar pada posisi "TEMP"

2) Aturlah tombol pengatur TEMP yang disesuaikan dengan suhu contoh air normal 25 oC

3) Pindahkan tombol pengatur ke posisi "DO"

4) Aturlah jarum hingga posisi "21%"

5) Masukkan elektroda ke dalam contoh air

6) Catatlah persentasenya


3. Perhitungan :


Prosentase aktual (%)

DO (ppm) = ------ x Nilai yg tergantung

21 % dalam air temperatur dlm Tabel

Lampiran (1)



d). Pengukuran pH

Konsentrasi ion hidrogen dalam air dinyatakan dengan pH, yaitu logaritma 10 dari konsentrasi ion hidrogen dalam mole per liter. pH menyatakan intensitas keasaman atau kebasaan dari suatu cairan. Air netral mempunyai pH = 7,0 yang berarti bahwa jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH-. Air dengan pH <>- lebih kecil daripada jumlah ion H+. Kemudian air dengan pH > 7,0 berarti basa.

Oleh Ayres dan Westcot (1976) dinyatakan bahwa pH air untuk irigasi berkisar antara 6,5 - 8,4. Pengaruh pH dalam air terhadap tanaman adalah secara tidak langsung. Umumnya pengaruh pH air terhadap tanaman yakni pada kelarutan zat-zat hara didalam tanah, persediaan unsur hara dalam tanah dan sebagainya.


1. Alat yang digunakan :

a). Water Quality Checker tipe WQC 1 A

b). Thermometer

c). Beker glass


2. Prosedur kerja :

1) Tekan tombol dan putar pada posisi "TEMP"

2) Aturlah tombol pengatur TEMP yang disesuaikan dengan suhu contoh air normal 25 oC

3) Pindahkan tombol pengatur ke posisi "pH"

4) Catat nilai pH yang terbaca

5) Nilai pH yang terbaca dikoreksi dengan grafik dalam Lampiran (2)

Misalnya :

nilai pH terbaca = 6,5

nilai DO terbaca = 5 ppm

maka nilai pH = 6,5 + 0,5 = 7,0



e). Pengukuran Kekeruhan (Turbidity)

Kekeruhan (turbidity) adalah satu istilah untuk menjelaskan (menggambarkan) butiran (particles) tanah liat, pasir, bahan mineral, sampah-sampah organis, plankton dan organisme mikroskopis lainnya yang dapat menghalangi jalannya cahaya melalui air. Oleh karena kekeruhan ini tidak memiliki hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang terdapat dalam suspensi, maka kekeruhan dinyatakan dalam UNIT.

Pemeriksaan kekeruhan digunakan untuk menentukan jumlah (banyaknya) coagulant dan bahan kimia tambahan (pereaksi) yang diperlukan untuk menghasilkan air dengan kejernihan yang dikehendaki.


1. Alat yang digunakan :

a) Water Quality Checker merk TOA tipe WQC 1 A

b) Thermometer

c) Beker glass


2. Prosedur Kerja :

1) Tekan tombol dan putar pada posisi "TEMP"

2) Aturlah tombol pengatur TEMP yang disesuaikan dengan suhu contoh air normal 25 oC

3) Pindahkan tombol pengatur ke posisi "TURB"

4) Pengukuran kekeruhan dilakukan setelah pengukuran temperatur, pH, oksigen terlarut telah selesai

5) Pembacaan :

Bila nilai yang terbaca berada pada posisi skala "Hijau", maka nilai turbiditas x 100 = .... (ppm)



f). Pengukuran SAR (Sodium Adsorption Ratio)

Perbandingan antara konsentrasi sodium yang ada dalam air dengan konsentrasi kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dinyatakan dalam SAR dengan persamaan

(5)

konsentrasi Na,Ca,Mg dalam meq/ltr


Sodium dengan konsentrasi yang tinggi akan terjadi penyerapan sodium dalam tanah yang tinggi, sehingga akan menyebabkan : (i). struktur tanah menjadi mampat; (ii). permeabilitas rendah dan (iii). aerasi akan berkurang

Besarnya penyerapan sodium dipengaruhi oleh perbandingan konsentrasi kation Na dengan Ca dan Mg.


(1). Penentuan Sodium (Na)

Alat yang digunakan :

1. Timbangan analitis 5. Corong gelas

2. Kompor listrik 6. Kertas saring

3. Gelas ukur 7. Pengaduk gelas

4. Gelas Beker 8. Gelas erlenmeyer


Reagent :

1. Uranyl Zink Acetat

2. Ethyl alkohol

3. Ether


Prosedur kerja :

1. Ambil contoh air (10 - 25 ml), masukkan dalam gelas beker dan panaskan (uapkan) sampai volume yang tersisa menjadi (1 - 2 ml).

2. Dinginkan, setelah dingin tambahkan reagent (1) sebanyak 10 ml dan diaduk, kemudian larutan dibiarkan selama 1 jam

3. Saring, endapan dicuci dengan 2 ml reagent (1), kemudian dicuci dengan 2 ml reagent (2) dan sebelumnya dipindahkan dicuci 1-2 kali dengan 2 ml reagent (3)

4. Selanjutnya endapan dikeringkan dalam alat pengering selama 2 jam dan didinginkan, kemudian ditimbang

5. Endapan dicuci kembali dengan sedikit aquadest (2 ml) sehingga bahan yang mudah larut bisa terlarutkan, cuci dengan reagent (2) serta reagent (3) kemudian dikeringkan dan ditimbang

6. Perbedaan penimbangan langkah (4) dan langkah (5) merupakan berat endapan Sodium (Natrium).



Perhitungan :


Berat endapan Natrium (gr) x 665,21

Na (meq/l) = ------------------------------------------------

ml contoh air

(2). Penentuan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)


Alat yang digunakan :

1. Labu erlenmeyer

2. Gelas ukur

3. Pipet volume

4. Buret


Reagent :

1. Larutan NH2OH Hcl 3%

2. Larutan NaCN 2,5%

3. Larutan NaOH 2N

4. Larutan Indikator Merexide

5. Larutan standar Na2EDTA ( 1,00 ml = 0,50 ml Ca++ )


Prosedur Kerja :

1. Pipet volume contoh air sebanyak 10 ml, masukkan kedalam labu erlenmeyer

2. Tambahkan 1 ml NH2OH HCL 3%

3. Tambahkan 2 ml larutan (2)

4. Tambahkan 1 ml larutan (3)

5. Tambahkan 2 tetes indikator (4)

6. Titrasi dengan larutan standard (5)


Perhitungan :


1000 x 0,50 x ml titrasi

Ca++(ppm) = -----------------------------

ml contoh air


50 x 0,50 x ml titrasi

Ca++(meq/l) = ---------------------------

ml contoh air


Ca++(epm) = Ca++ (ppm) x 0,05


Mg++(epm) = Kesadahan total dalam epm - Ca dalam epm


Mg++(meq/l) = 12,16 x Mg dalam epm




(3). Penentuan Karbonat (CO) dan Bikarbonat (HCO)


Alat yang digunakan :

1. Gelas ukur

2. Gelas erlenmeyer

3. Buret


Reagent :

1. Larutan standar H2SO4 0,050N

2. Larutan indikator Phenolphtalin (PP)

3. Larutan indikator Metyl Orange (MO)


Prosedur Kerja :

1. Ambil contoh air sebanyak 25 ml, masukkan dalam gelas erlenmeyer

2. Tambahkan beberapa tetes larutan indikator (2) sebanyak 3-4 tetes

3. Bila berwarna merah jambu, titrasi dengan larutan standard (1) sampai warnanya hilang (misal = P ml)

4. Bila larutan tidak berwarna, tambahkan 1-2 tetes indikator (3), kemudian titrasi dengan larutan standard (1) sampai warna larutan berubah dari kuning menjadi oranye (misal = volume titrasi T ml )

5. Kerjakan blanko dengan mengganti aquadest bebas CO2


Perhitungan :


1000 x (0,050 x (ml asam (tabel) - ml blanko)

CO3 atau HCO3 = --------------------------------------------------------

( meq/l ) ml contoh air





Tabel Titrasi :


Hasil Titrasi

Harga Titrasi

CO3

HCO3

P = 0

0

T

P <>

2 P

T - 2P

P = 1/2 T

2 P

0

P > 1/2 T

2(T - P)

0

P = T

0

0


Keterangan :

N : normalitas H2SO4 (0,050)

P : volume Titrasi dengan PP

T : volume Titrasi dengan MO







PUSTAKA ACUAN


1. Ayres,R.S dan Westcot,D.W (1976), Water Quality for Agriculture, FAO Irrigation and Drainage Paper, volume no.29, Rome, Italy


2. Alaerts,G dan Santika,G.G (1987), Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya


3. Karmono dan Cahyono, J, (1978), Penentuan Kualitas Air, Laboratorium Hidrologi, NUFFIC UGM, Yogyakarta


4. Oster, J.D dan Shainberg,I (1978), Quality of Irrigation Water, International Irrigation Information Centre, Bet Dagan, Israel


5. Richard,L.A et.al (1968), Diagnosis and Improvement of Saline and Alkaline Soils, US Salinity Laboratory Staff, Oxford and IBH Publish Co, India


6. Anonymous,-------, Water Quality Checker Model WQC-1 A, Instruction Mannual, TOA, Japan

PERHITUNGAN :


EC(25o C) = EC(t) + t x 0,02. EC(t) (3)


dengan

EC (25oC) : DHL pada suhu standar 25 oC dalam mmho/cm

EC(t) : DHL pada t oC dalam mmho/cm

t : ( t 25 ) atau ( 25 t ).






PUSTAKA ACUAN


  1. Ayres,R.S dan Westcot,D.W (1976), Water Quality for Agriculture, FAO Irrigation and Drainage Paper, volume no.29, Rome, Italy


  1. Alaerts,G dan Santika,G.G (1987), Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya


  1. Karmono dan Cahyono, J, (1978), Penentuan Kualitas Air, Laboratorium Hidrologi, NUFFIC UGM, Yogyakarta


  1. Oster, J.D dan Shainberg,I (1978), Quality of Irrigation Water, International Irrigation Information Centre, Bet Dagan, Israel


  1. Richard,L.A et.al (1968), Diagnosis and Improvement of Saline and Alkaline Soils, US Salinity Laboratory Staff, Oxford and IBH Publish Co, India


  1. Anonymous,-------, Water Quality Checker Model WQC-1 A, Instruction Mannual, TOA, Japan